
Di era digital, data adalah aset paling berharga dalam menjalankan bisnis. Gangguan operasional, kehilangan data, atau bencana alam dapat terjadi kapan saja dan berpotensi menghentikan seluruh aktivitas perusahaan. Oleh karena itu, backup data di cloud menjadi bagian krusial dari strategi Disaster Recovery (DR) modern. Namun, banyak perusahaan yang masih mengabaikan penerapan backup cloud secara optimal atau justru melakukan kesalahan yang berdampak pada efektivitas pemulihan data.
Kenali Urgensi Melakukan Backup Data di Cloud
1. Memastikan Kelangsungan Bisnis (Business Continuity)
Cloud backup memungkinkan bisnis untuk tetap berjalan meskipun terjadi insiden besar, seperti serangan siber, bencana alam, atau kerusakan sistem. Data penting dapat diakses kembali dengan cepat dari lokasi yang aman, menjaga kelangsungan operasi perusahaan tanpa gangguan berarti.
2. Perlindungan Data secara Menyeluruh
Dengan cloud, data perusahaan tidak hanya disimpan secara lokal, tetapi juga di server yang tersebar di berbagai lokasi (geo-redundancy). Ini memberikan lapisan perlindungan ekstra terhadap risiko kehilangan data permanen.
3. Pemulihan Cepat dan Efisien
Pemulihan data (recovery) dari cloud bersifat otomatis dan cepat. Beberapa penyedia cloud menawarkan Recovery Time Objective (RTO) dan Recovery Point Objective (RPO) yang minimal, sehingga mengurangi waktu downtime dan potensi kerugian bisnis.
4. Biaya Investasi Lebih Terjangkau
Perusahaan tidak perlu lagi berinvestasi besar dalam infrastruktur cadangan (on-premises backup). Model langganan cloud bersifat fleksibel, efisien, dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, baik skala kecil maupun besar.
Kesalahan Umum dalam Backup Data di Cloud yang Perlu Dihindari
Meskipun teknologi backup cloud sudah banyak digunakan, tidak sedikit perusahaan yang masih melakukan kesalahan dalam implementasinya. Berikut beberapa common mistakes yang perlu dihindari:
1. Mengandalkan Backup Tunggal (Single Backup Location)
Kesalahan: Beberapa perusahaan hanya menyimpan backup di satu lokasi cloud tanpa redundansi, sehingga saat terjadi kegagalan sistem di penyedia layanan, data tetap berisiko hilang.
Solusi: Terapkan prinsip multi-region atau multi-cloud strategy, yakni menyimpan backup di beberapa lokasi berbeda atau pada lebih dari satu penyedia layanan cloud.
2. Mengabaikan Keamanan Backup
Kesalahan: Tidak mengenkripsi data backup atau menggunakan sistem keamanan yang lemah. Ini membuat data rawan diakses pihak yang tidak berwenang.
Solusi: Pastikan data terenkripsi baik saat in-transit (dikirim) maupun at-rest (disimpan). Gunakan autentikasi multi-faktor (MFA) untuk mengamankan akses ke sistem backup.
3. Tidak Memperhitungkan Biaya Jangka Panjang
Kesalahan: Perusahaan seringkali hanya memperhitungkan biaya awal penyimpanan data di cloud, tanpa mempertimbangkan biaya pemulihan data, bandwidth, atau skenario restore data besar-besaran.
Solusi: Evaluasi secara menyeluruh Total Cost of Ownership (TCO) dari solusi cloud backup, termasuk biaya storage, pemulihan, dan potensi penggunaan sumber daya tambahan.
4. Backup Tidak Sesuai dengan Kebutuhan Bisnis
Kesalahan: Banyak perusahaan hanya melakukan backup tanpa memiliki perencanaan yang matang, seperti menentukan data mana yang harus di-backup, seberapa sering backup dilakukan, dan siapa yang bertanggung jawab. Backup juga dilakukan tanpa memperhatikan Recovery Point Objective (RPO) dan Recovery Time Objective (RTO) yang relevan dengan kebutuhan bisnis.
Solusi: Susun kebijakan backup yang komprehensif, tetapkan prioritas data, dan pastikan backup dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan bisnis, serta pastikan untuk selalu melibatkan tim IT untuk menyusun skenario Disaster Recovery Plan (DRP). Pastikan SLA dari penyedia layanan sesuai dengan target waktu pemulihan perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar