Kamis, 10 Juli 2025

Bounce Rate vs Exit Rate: Jangan Salah Baca, Terutama di Halaman Landing

 

Metrik Serupa, Tapi Beda Makna

Dalam analisis performa halaman, dua istilah ini sering muncul—dan sering juga disalahartikan: bounce rate dan exit rate. Sekilas tampak mirip karena keduanya menunjukkan persentase pengguna yang "meninggalkan halaman", tapi makna di baliknya sangat berbeda:

A. Bounce rate adalah persentase kunjungan di mana pengguna hanya membuka satu halaman dan langsung pergi tanpa interaksi lanjutan.

B. Exit rate menunjukkan persentase pengguna yang meninggalkan situs dari halaman tertentu, terlepas dari berapa banyak halaman yang telah mereka kunjungi sebelumnya.

Kesalahan memahami dua metrik ini bisa membuat Anda mengambil keputusan optimasi yang salah—misalnya, mengubah landing page yang sebenarnya sudah efektif, hanya karena angka bounce-nya tinggi.

Contoh Nyata: Bounce Bukan Selalu Buruk

Bayangkan halaman landing untuk kampanye produk dengan tombol CTA langsung ke aplikasi messaging. Jika pengguna datang dari iklan, membaca penawaran, dan langsung klik tombol itu, maka:

✅ Tujuan halaman tercapai
📈 Tapi metriknya tercatat sebagai bounce

Kenapa? Karena Click to Messaging Apllication tidak dihitung sebagai page view tambahan—jadi dari sisi analitik, itu dianggap sebagai “kunjungan satu halaman”.

Sebaliknya, halaman checkout dengan exit rate tinggi bisa jadi masalah besar, karena itu berarti pengguna meninggalkan proses pembelian. Artinya, kita perlu audit ulang—apakah karena loading lambat, error, atau pengalaman pengguna yang membingungkan?

Kapan Bounce Rate Jadi Alarm?

Bounce rate tinggi memang perlu diwaspadai jika:

A. Terjadi di halaman blog atau artikel → bisa jadi konten kurang menarik atau tidak menjawab intent user.

B. Terjadi di halaman produk atau formulir lead → bisa jadi CTA tidak jelas, atau tampilannya tidak mobile-friendly.

C. Didampingi time on page yang sangat singkat → indikasi bahwa user langsung pergi karena tidak tertarik,

Tapi jika bounce disertai time on page yang panjang dan terjadi di halaman landing yang sangat spesifik, Anda perlu pertimbangkan ulang sebelum memutuskan bahwa halaman itu gagal.

Metrik Alternatif untuk Menilai Halaman Landing

Jangan hanya mengandalkan bounce rate. Coba kombinasikan dengan metrik berikut agar analisis lebih menyeluruh:

A. Click-through rate (CTR) dari tombol CTA

B. Scroll depth: seberapa jauh user menelusuri konten

C. Time to action: berapa lama user butuh untuk mengambil keputusan

D. Conversion rate dari visitor ke lead atau transaksi

Dengan pendekatan ini, Anda bisa mengetahui apakah konten tidak menarik atau justru terlalu to the point hingga user langsung melakukan aksi.

Jangan Biarkan Angka Menyesatkan Strategi Anda

Kesalahan membaca data bisa berdampak besar pada keputusan pemasaran. Bounce rate yang tinggi tidak selalu berarti buruk—yang penting adalah memahami intensitas dan pola perilaku pengguna.

Gunakan data sebagai panduan, bukan penghakiman. Gabungkan bounce, exit, CTR, dan insight kontekstual untuk membangun strategi digital yang benar-benar efektif.

Penulis: Irsan Buniardi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar